Langsung ke konten utama

JENDELA: THE POWER OF "PEMBIASAAN"

 

Membiasakan Kebiasaan Baru


Om Jay menyebutkan mantra ajaibnya adalah: "MENULISLAH SETIAP HARI DAN BUKTIKAN APA YANG TERJADI."

Bagi saya, ini adalah ajakan tentang pembiasaan. Membiasakan diri melakukan sesuatu yang baru, yaitu menulis. 


Perbendaharaan Lama

Pembiasaan memang bukan barang baru. Dalam perbendaharaan lama, kita bisa temukan bahwa para orang tua kita memiliki peribahasa “Lancar kaji karena diulang, pasar jalan karena diturut”.  Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) daring, arti dari peribahasa ini adalah kepandaian atau “kemahiran didapat karena rajin berlatih”. 

Sungguh sangat cocok dengan mantra Om Jay. Membiasakan diri untuk menulis setiap hari akan berakibat bertambahnya kemahiran kita dalam hal tulis-menulis. 

Dalam perbendaharaan peribahasa Jawa pun ada yang agak mirip. “Witing tresno jalaran soko kulino”, demikian bunyinya. Biasanya peribahasa ini dikaitkan dengan “kawin paksa” yang kerap terjadi dulu. Konon, kebanyakan perkawinan paksa seperti itu tetap akan berakhir bahagia karena setelah terbiasa saling bertemu, dua orang yang tadinya dipaksa untuk menikah pada akhirnya akan saling mencintai. Itulah peribahasany: "Cinta akan tumbuh karena terbiasa".  

Tanpa cocokologi, peribahasa Jawa ini juga bisa “relate” dengan mantra Om Jay. Pembiasaan untuk menulis akan melahikan kecintaan kepada dunia tulis menulis. Itulah yang dikatakan oleh Om Jay sebagai suatu rasa kehilangan atau kekurangan bila absen menulis sehari saja.


Ajaran agama

Bukan hanya dalam perbendaharaan Indonesia saja model pembiasaan ini mendapatkan tempat. Dalam ajaran agama Islam pun ditemukan ajaran tentang pembiasaan ini. Salah satunya adalah tuntunan untuk membiasakan anak melakukan perbuatan kebaikan berupa ibadah shalat.

Dalam salah sebuah haditsnya, Rasulullah SAW memerintahkan para orang tua kaum muslimin mengajarkan anak-anaknya untuk mengerjakan shalat lima waktu sejak mereka berumur 7 tahun. Apabila telah dididik dan diajarkan untuk shalat, maka saat mereka menginjak usia 10 tahun aka nada tindakan lebih tegas terhadap siapa saja diantara anak-anak yang tidak mengerjakan shalat. 

Pengajaran shalat sejak usia dini ini menunjukkan betapa ajaran Islam memandang perlu adanya proses pembiasaan dalam melakukan ibadah.

Dalam prakteknya, setidaknya dari yang saya amati di sekeliling saya, banyak orang tua yang juga membiasakan anak-anak mereka untuk melakukan ibadah selain shalat. Yang sering ditemui adalah membiasakan anak-anak untuk berpuasa dalam Bulan Ramadhan. 

Biasanya dalam rangka pembiasaan ini, anak-anak diperkenankan berpuasa setengah hari saja. Mereka boleh berbuka saat Azan Dhuhur berkumandang. Pembiasaan ini dengan bertambahnya usia anak, ditambah durasinya, dari yang semula setengah hari (dengan berbuka saat azan Dhuhur), ditambah hingga azan 'Ashar.


Konsistensi Dalam Pembiasaan

Hal yang menurut saya cukup sulit adalah mempertahankan berjalannya proses pembiasaan itu. Sebab akan ada banyak tantangan dan hambatan dalam upaya membangun kebiasaan yang baik. Pengalih perhatian, tambahan rintangan, godaan dari seluruh penjuru, semuanya akan berkolaborasi agar proses pembiasaan perbuatan baik itu gagal total.

Salah satu kiat melawan tantangan dan hambatan ini adalah dengan melakukan pembiasaan berbuat baik sedikit demi sedikit.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW disebutkan bahwa "Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang rutin dilakukan meskipun sedikit". (Hadits Shahih, Riwayat Bukhori dan Muslim)

Jadi, nilai konsistensi adalah jauh lebih besar (karena paling dicintai Allah) ketimbang besarnya amalan yang dilakukan. Sekedar contoh, sedekah seribu atau dua ribu rupiah yang dilakukan setiap hari secara rutin adalah lebih baik dalam pandangan Allah SWT dibanding sedekah satu juta pada suatu hari, kemudian tidak pernah bersedekah lagi.


Refleksi

Kembali ke mantra Om Jay. 

Dalam KBMN ini rupanya mantra Om Jay itu baru dijadikan sebatas anjuran atau ajakan, belum dijadikan bagian dari kurikulum kelas belajar gratis ini. Jadi, memang tidak ada persyaratan untuk menulis setiap hari.

Karenanya, hal ini kembali kepada pemahaman masing-masing peserta KBMN. Jika ingin benar-benar sukses dalam KBMN dan benar-benar menjadi penulis, mantra Om Jay jangan hanya dijadikan sebagai mantra, namun perlu diwujudkan dalam bentuk usaha menulis setiap hari.

Nah, saya ingin berhasil dalam kelas ini, makanya saya mulai berusaha untuk menulis setiap hari.

Do’akan supaya bisa konsisten, ya…

Tto


Komentar

Postingan populer dari blog ini

"MAN OF ACTION" IN ACTION!

  Oleh: Toto Mulyoto Resume ke-6 Gelombang: 28 Tanggal: 20 Januari 2023 Tema: Menulis Buku Mayor Dalam Dua Minggu Narasumber: Prof. Richardus Eko Indrajit Moderator: Aam Nurhasanah, S.Pd. "Man of Action" menurut kamus Oxford adalah " someone who prefers to do things rather than think about and discuss them ". Tema KBMN malam ini, Menulis Buku Mayor Dalam Dua Minggu, disampaikan oleh orang yang termasuk kategori "Man of Action". Narasumber ini lebih suka menerjunkan para peserta pelatihan langsung ke dunia kepenulisan tanpa banyak basa-basi. Targetnya jelas: membuat buku yang akan tembus ke penerbit dalam waktu singkat.  Inilah sepak terjang narasumber hebat malam ini, Prof. Eko Indrajit. Prof. Richardus Eko Indrajit (sumber wikipedia) Narasumber Hebat Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, M.Sc., M.B.A., M.Phil., M.A. (lahir 24 Januari 1969) adalah seorang tokoh pendidikan dan pakar teknologi informatika. Beliau banyak menulis buku serta jurnal yang telah d...

OM JAY DALAM PERSPEKTIF DUA "SI"

Om Jay (Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd.) Pertama kali mengetahui adanya hamba Allah dengan panggilan "Om Jay" adalah dari guru sekaligus sahabat saya Deni Darmawan, seorang dosen yang berkiprah di Universitas Pamulang (UnPam) Banten. Ustadz Deni, demikian saya biasa memanggil beliau, nampaknya sangat terkesan dengan "kehebatan" Om Jay. Pada saat itu, saya belum tahu apa-apa tentang Om Jay, jadi saya merasa biasa saja dengan kesan-kesan Ustadz Deni. Sampai akhirnya saya bisa "menyaksikan" langsung "kehebatan" Om Jay yang sangat berkesan bagi Ustadz Deni. Itu terjadi ketika saya mengikuti Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) angkatan 28 yang diadakan oleh PB PGRI. Ternyata, oh, ternyata: Om Jay adalah founding father  dari kegiatan tersebut! Akhirnya saya bisa merasakan salah satu kehebatan Om Jay: kobaran semangat Om Jay dalam menularkan kegemaran menulis (dan membaca) kepada para peserta. Upaya beliau membakar semangat menulis para peserta ternyata t...