Langsung ke konten utama

JENDELA: PENULIS JANGAN "KENA MENTAL"

 


Ketika salah seorang peserta KBMN Angkatan 28 menanyakan hal apa yang paling penting dipersiapkan untuk menjadi seorang penulis, Ditta Widya Utami, S.Pd, yang bertindak sebagai narasumber menjawab singkat: "Mental Penulis".

Jawaban ini disertai tambahan berupa link youtube yang ternyata miliknya sendiri. Di sana Ditta menjelaskan lebih lanjut tentang Mental Penulis ini.

(https://www.youtube.com/results?search_query=mental+seorang+penulis)

Menurut Ditta, dalam tayangan di youtube itu, selain Niat dan Teknik menulis, dibutuhkan Mental Penulis, karena kita tidak ingin menjadi penuis hanya satu dua hari saja

Berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil mempelajari penulis-penulis besar, maka Ditta mengatakan ada 5 (lima) mental yang harus dimiliki seorang penulis, yaitu:

1. Mental siap untuk menjadi konsisten

2. Mental Siap untuk dikritik

3. Mental Siap untuk belajar

4. Mental Siap untuk ditolak

5. Mental Siap untuk menjadi unik

Penjelasan lebih rinci adalah sebagai berikut:


1. Mental Untuk Siap Konsisten

Untuk menjadi penulis yang hebat, dibutuhkan sikap konsisten. 

Dalam perjalanan sebagai seorang penulis, pasti akan ditemui berbagai tantangan. Mental sebagai penulis harus dibuat sekuat mungkin. Harus mengenali diri kita sendiri agar kita mampu melewati setiap tantangan.

Hanya kita yang paling mengenali diri kita sendiri, apapun kata orang mengenai itu.

Lebih lanjut, Ditta mengatakan bahwa menulis adalah kata kerja yang memerlukan aksi nyata. Saat ini ada banyak patform yang bisa digunakan untuk menulis, baik itu berupa blog, IG, FB Status WA, Chat WA, wattpad, storial dll. Harusnya semua itu memudahkan kita untuk mampu memiliki mental konsisten dalam menulis. 

Di dalam KBMN, juga diajarkan kebiasaan untuk menulis. jargonnya adalah "Menulislah setiap hari, saksikan keajaibannya". Harapannya tentu saja kebiasaan menulis akan berlanjut meski KBMN teah berakhir. 

Ditta juga sudah berusaha mempraktekkan untuk konsisten menulis meski tidak selalu di blog. Kadang di IG, kadang hanya di laptop. Yang penting, tetap menulis.


2. Mental Untuk Siap dikritik

Ditta mengatakan bahwa kita harus menyadari bahwa ketika tulisan dipublish, tulisan itu sudah jadi milik publik. Mereka berhak membaca dan berkomentar sesukanya. Maka jangan kaget bila ada orang yang tidak dikenal mengkritik tulisan kita. Kita harus tahan banting.

Kritik meurut Ditta, ada yang bersifat membangun (positif) dan ada yang menjatuhkan (Negatif).

Yang membangun adalah kritik supaya kita bisa lebih baik, misalnya ejaan tidak sesuai aturan, sumber harus jelas, data kurang akurat, dsb Mungkin kritik tersebt melukai hati kita, namun sesungguhnya itu kritik membangun.

Yang menjatuhkan biasanya didasari rasa tidak suka pengkritik kepada kita. Jadi dasar mengkiritknya hanyalah karena ketidaksukaan atau kebencian, Bila kita temui ini, maka maka kita harus bisa bersikap “bodo amat”. 

Kita mesti bisa memilah mana masalah yang harus kita fokuskan dan fikirkan serta carikan jalan keluarnya, serta mana yang bisa diabaikan.

Kritik memang terasa sakit di awal, namun semuanya akan bisa membuat kita lebih baik di kemudian hari.

3. Mental untuk Siap bertumbuh

Setelah konsisten dan siap dikritik, maka kita harus bisa bangkit. Semua komentar yang kita terima harus bisa membuat kita lebih baik Kita bisa mulai memperbaiki tulisan kita, karena biasana tulisan kita masih bisa diedit atau dievisi. Ditta mengatakan bahwa buku yang telah diterbitkan pun masih memiliki kesempatan untuk meberbitkan Edisi Revisi.

Agar mental siap bertumbuh ini bisa berkembang, kita bisa melatih dengan melakukan riset sebelum menulis, contohnya Andrea Hirata yang selalu melakukan riset sebelum dia mulai menulis.  

Demikian juga mental ini beisa dilatih dengan memperbanyak bacaan. Penulis hebat adalah pembaca ulung, demikian kata Ditta. Bukan sekedar besarnya minat baca tapi lebih pada daya baca yang tinggi. Contohnya Asma Nadia, membaca 3 buku setiap pekannya.

4. Mental Siap ditolak

Setiap karya kita sudah siap diterbitkan, kita harus siap ditolak. Ditta mencontohkan bahwa JK Rowling ditolak belasan penerbit sebelum berhasil menerbitkan Harry Potter.

Mental JK Rowling itu yang harus ditiru. Mungkin kita tidak akan mengenal Harry Potter jika dia segera menyerah setelah satu atau dua kali ditolak.

Dee Lestari juga pernah ditolak oleh beberapa penerbit sebelum berhasil meluncurkan Supernova. 

Oleh karenanya Ditta menyarankan agar kita "Jangan galau". Coba lagi.. Coba lagi, katanya, sampai berhasil diterbitkan penerbit mayor. Atau jika hendak mencoba penerbit Indie terlebih dahulu, juga bisa.

5. Siap untuk menjadi unik

Menurut Ditta, menjadi penulis harus unik. Bila kita menyukai seorang penulis, misalnya Agatha Christie, maka jangan menjadi Agatha Christie kedua. 

Be yourself. Gunakan gaya sendiri. ciri khas sendiri. Keluarkan jati diri kita. Sikap mental ini sangat dibutuhkan seorang penulis.

Ditta mencontohkan ada penulis yang bisa menulis apa pun kondisinya. Ada lagi yang selalu menulis kalimat-kalimat positif. Ada lagi seorang yang terkenal humoris, memasukkan unsur-unsur humor ke dalam tulisannya. Kesemuanya itu merupakan keunikan masing-masing penulis.

Pak Cah (Cahyadi Takariawan)
sumber: https://pakcah.id/

Membangun Mental

Kelima sikap mental seorang penulis seperti yang dijelaskan Ditta, tidak akan bisa ada begitu saja. Semuanya bukan hasil sulapan yang hanya dengan membaca mantera "Sim Salabim", lalu ada.

Berkenaan dengan Mental Penulis ini, Pak Cah (Cahyadi Takariawan, penulis senior yang telah menulis lebih dari 60 buku), telah menulis sebuah artikel berjudul "Membangun Mental Sebagai Penulis".

(https://ruangmenulis.id/membangun-mental-sebagai-penulis/)

Pak Cah memang tidak menyukai hal-hal yang rumit bila sebenarnya bisa disederhanakan. Maka ketika berbicara tentang membangun mental sebagai penulis, beliau hanya menyodorkan sebuah fakta bahwa ada orang yang dengan setengah hati menyebut dirinya "Calon" Penulis.

Bagi Pak Cah, ini bukan sikap mental yang benar. Menurutnya, siapa pun yang telah menulis dalam bentuk apa pun, maka orang itu adalah seorang Penulis. 

Yang hendak dikatakan oleh Pak Cah, adalah, jangan hanya 'berangan-angan" menjadi penulis. Jadilah penulis dengan benar-benar menulis. Dengan demikian, dia sudah menunaikan tugas profesi seorang penulis, yaitu menulis.

"Menulislah", demikian kata Pak Cah. Jika pun kemudian hasil tulisan itu hanya disimpan tanpa dipublikasikan, maka kita sudah menjadi penulis. Menurut Pak Cah, ""Publikasi hanyalah cara untuk menunjukkan hasil dari proses menulis."

"Yang penting adalah, hargai pilihan Anda sebagai penulis. Hilangkan mental sebagai ‘calon’ dalam diri Anda. Secara yakin Anda harus menyatakan, bahwa Anda adalah penulis, karena Anda telah benar-benar menulis." demikian katanya.


Nah, dari pesan-pesan di atas, nampaknya jelas bahwa sebagai penulis kita jangan sampai "Kena Mental", terpuruk hanya gegara hal-hal remeh atau pihak yang tidak suka kepada kita. 

Be strong. Be though. Be yourself. Be gitulah seharusnya.

Saya sudah mulai. Inilah tulisan saya. Saya adalah Penulis.

Tto 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

"MAN OF ACTION" IN ACTION!

  Oleh: Toto Mulyoto Resume ke-6 Gelombang: 28 Tanggal: 20 Januari 2023 Tema: Menulis Buku Mayor Dalam Dua Minggu Narasumber: Prof. Richardus Eko Indrajit Moderator: Aam Nurhasanah, S.Pd. "Man of Action" menurut kamus Oxford adalah " someone who prefers to do things rather than think about and discuss them ". Tema KBMN malam ini, Menulis Buku Mayor Dalam Dua Minggu, disampaikan oleh orang yang termasuk kategori "Man of Action". Narasumber ini lebih suka menerjunkan para peserta pelatihan langsung ke dunia kepenulisan tanpa banyak basa-basi. Targetnya jelas: membuat buku yang akan tembus ke penerbit dalam waktu singkat.  Inilah sepak terjang narasumber hebat malam ini, Prof. Eko Indrajit. Prof. Richardus Eko Indrajit (sumber wikipedia) Narasumber Hebat Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, M.Sc., M.B.A., M.Phil., M.A. (lahir 24 Januari 1969) adalah seorang tokoh pendidikan dan pakar teknologi informatika. Beliau banyak menulis buku serta jurnal yang telah d...

OM JAY DALAM PERSPEKTIF DUA "SI"

Om Jay (Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd.) Pertama kali mengetahui adanya hamba Allah dengan panggilan "Om Jay" adalah dari guru sekaligus sahabat saya Deni Darmawan, seorang dosen yang berkiprah di Universitas Pamulang (UnPam) Banten. Ustadz Deni, demikian saya biasa memanggil beliau, nampaknya sangat terkesan dengan "kehebatan" Om Jay. Pada saat itu, saya belum tahu apa-apa tentang Om Jay, jadi saya merasa biasa saja dengan kesan-kesan Ustadz Deni. Sampai akhirnya saya bisa "menyaksikan" langsung "kehebatan" Om Jay yang sangat berkesan bagi Ustadz Deni. Itu terjadi ketika saya mengikuti Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) angkatan 28 yang diadakan oleh PB PGRI. Ternyata, oh, ternyata: Om Jay adalah founding father  dari kegiatan tersebut! Akhirnya saya bisa merasakan salah satu kehebatan Om Jay: kobaran semangat Om Jay dalam menularkan kegemaran menulis (dan membaca) kepada para peserta. Upaya beliau membakar semangat menulis para peserta ternyata t...

GAK KECEWA SAMA LAYANAN JNE???

Dulu, sekitar tahun 80an - 90an aku hanya mengenal TiKi (Titipan Kilat). Sering kulihat iklannya di majalah atau koran yang kubaca. Iklan TiKi yang kubaca di sebuah majalah bulanan (Juli 1984) Tak dinyana di tahun 2020an, terutama semenjak pandemi, aku berkenalan dengan JNE yang ternyata masih memiliki akar yang sama dengan TiKi.   Sekarang ini nampaknya memang bukan zamannya lagi beriklan di media cetak. JNE sudah punya akun-akun medsos yang bisa jadi media iklan. Ada IG, ada Tiktok, Ada Twitter, eh, udah jadi "X",,, Tangkapan layar IG JNE...follower hampir 2 juta! Mantaps! Partner Dalam Pengiriman Barang Interaksiku yang langsung, ternyata oh ternyata, adalah dengan JNE, bukan dengan TiKi. Aku menggunakan jasanya bukan hanya untuk mengirim barang-barang. Tetapi kami sekeluarga juga menerima kiriman barang via JNE. Soal mengirim barang itu ceritanya begini: Di masa pandemi istriku mencari tambahan penghasilan dengan menjadi penyalur buku dan ramuan herbal. Pembelinya keb...