Oleh: Toto Mulyoto
Resume ke-10
Gelombang: 28
Tanggal: 30 Januari 2023
Tema: Kiat Menulis Cerita Fiksi
Narasumber: Sudomo, S.Pt.
Moderator:
AMAT MASIH INGIN JADI PENULIS BERBOBOT
Selepas Isya, Imat seperti biasa beberes perlengkapan musola
supaya besok Subuh tidak terburu-buru. Toren air sudah diisi penuh. Karpet
sudah dibersihkan.
Ketika Imat beranjak keluar musola, dilihatnya Amat, sahabat
karibnya, masih duduk termenung di selasar. “Am, ente lagi ngapain?” sapa Imat.
“Biasa,” jawab Amat singkat, “Nyari ide.”
Imat berjalan mendekati Amat. “Ente mau ikut ke tempat Abi
Ihsan, ga?” tanya Imat
Amat mendongakkan wajahnya memandang Imat dengan pandangan gusar.
Rupanya dia masih belum bisa melupakan peristiwa pagi tadi. ”Ngapain ke sana?”
tanyanya ketus.
“Abi Ihsan mau berbagi ilmu. Katanya dia baru dapat pelajaran
untuk membuat tulisan fiksi.” Imat berusaha menjelaskan.
“Ente dapat info dari mana?” tanya Amat sambil berusaha menenangkan
diri.
“Dari Bang Indra. Tadi asar sempat ketemu. Trus katanya dia mau ngajak Bang Jay juga. Ente mau ikut, ga?” tanya Imat lagi menegaskan.
Dengan agak enggan, Amat bangkit dari duduknya. Sesaat sebelum
melangkah, dia memegang tangan Imat lalu berkata, “Eh, tapi, ada kopi sama
gorengannya, kan?”.
Imat hanya nyengir.
-o0o-
Di rumah Abi Ihsan, Bang Indra dan Bang Jay sudah duduk
nyaman di depan Abi Ihsan sambil minum kopi hitam. Harum aroma kopi tercium dari
pintu pagar. Amat yang baru saja sampai bersama Imat menegakkan kepalanya
sambil membaui udara. “He he he… mantap nih. Ada aroma kopi.”
Semangat Amat timbul lagi. Dilupakannya kisah penulis
berbobot yang telah membuatnya malu. Setelah salam, segera saja Amat mengambil
posisi duduk yang strategis: posisi paling dekat dengan piring berisi gorengan.
Abi Ihsan nampak merasa senang melihat kedatangan Amat dan
Imat. “Alhamdulillah. Ada Amat dan Imat. Jadi lebih rame, nih.”
Bang Jay mengerling ke arah Amat, “Kalo Amat sih, dipancing
pake kopi dan gorengan, pasti dia muncul,” katanya menggoda Amat.
Amat tidak merasa risih dengan perkataan Bang Jay. Malah dia
menjadi lebih aktif dan bersegera mengambil inisiatif mengambil sachet berisi
kopi instan lalu menyeduhnya dengan air panas dari dispenser. “Saya ngopi, ya,
Bi,” Amat meminta izin sambil menyeduh kopinya. Yang lain terkekeh-kekeh
melihat kelakuan Amat.
Bang Indra mengarahkan pandangannya kepada Abi Ihsan lalu
berkata, “Bisa dimulai, Pak Haji? Kami bisa mendengarkan sambil ngopi, nih.”
Abi Ihsan mengangguk-angguk. Dia berdehem beberapa kali, membersihkan tenggorokannya, lalu mulai menyampaikan ilmunya.
“Ini ilmu tentang membuat cerita fiksi. Ente semua dengerin dulu, nanti kalau udah selesai, kita bisa mulai berlatih. Ini ilmu dari Maz Mo, yang nama aslinya Sudomo, pengarang buku …” Abi Ihsan memperlihatkan sebuah buku kepada teman-temannya.
Sementara teman-temannya memperhatikan cover buku yang
dipegang Abi Ihsan, Amat terus saja asyik mengganyang tahu dan tempe goreng
yang ada di meja.
Setelah menunjukkan buku karangan Maz Mo, Abi Ihsanpun memulai
kisahnya…
-o0o-
Abi Ihsan duduk di pojok kamar dalam posisi yang dianggapnya
paling nyaman. Dia bersiap untuk belajar karena malam ini akan ada pelajaran
membuat cerita fiksi via grup WA. Dia membuka grup WA KBMN PGRI 28 di HPnya. Ternyata,
pelajaran sudah dimulai.
Dengan cepat ditelusurinya kata demi kata yang ditulis oleh Maz
Mo, sang narasumber.
Maz Mo menulis:
“Malam ini saya akan berbagi dengan menggunakan alur
MERDEKA, yaitu Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi,
Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, dan Aksi Nyata.”
“Mulai dari Diri. Pada alur ini, saya ingin kita bisa
berbagi tentang pengalaman Bapak/Ibu dalam menulis cerita fiksi. Bapak/Ibu bisa
mengirimkan cerita singkat terkait pengalaman. Bisa pengalaman mengalami
kendala memulai menulis cerita fiksi. Bisa juga tantangan yang dihadapi saat
menulis cerita fiksi. Bisa juga mungkin pengalaman telah menerbitkan buku
fiksi.”
Setelah itu ada berderet tanggapan para peserta lain yang
dikirimkan via nomer WA Mr. Bams yang menjadi moderator pada pelajaran malam
ini. Abi Ihsan membaca cepat semua tanggapan para peserta. Akhirnya, Maz Mo
melanjutkan pelajarannya.
“…selanjutnya mari kita bersama-sama memasuki alur kedua,
yaitu Eksplorasi Konsep.” Demikian tulis Maz Mo.
“Pada alur ini, Bapak/Ibu saya persilakan mempelajari secara
mandiri materi yang telah saya siapkan dalam bentuk cerita pendek. Bapak/Ibu
bisa membaca dan membuat catatan/pertanyaan terkait materi yang ingin digali
lebih dalam lagi. Silakan membaca di tautan ini https://s.id/MateriSudomo”
Maz Mo mulai menjelaskan poin kedua.
Abi Ihsan bergegas mengkilik tautan itu dan berupaya
meringkas isi Cerpen yang ternyata pelajaran menulis fiksi. Abi Ihsan segera
mengupload ringkasan cerpen[i]
tersebut ke blog agar tidak lupa. Setelah itu, bergegas dia kembali ke ruang chatting
WAG.
Ternyata Maz Mo sudah melaju.
“Mari kita lanjut alur belajar selanjutnya, yaitu... Ruang
Kolaborasi. Pada alur ini saya berikan beberapa kalimat, silakan Bapak/Ibu
lanjutkan sendiri menjadi satu paragraf nanti di dalam resume, ya.” Demikian katanya.
Maz Mo pun segera menyampaikan tantangannya: “Berikut ini
adalah kalimat yang bisa Bapak/Ibu lanjutkan:
Perlahan suara-suara itu menghilang. Dalam gulita aku
menggigil sendirian. Mendadak bulu kudukku meremang. Terdengar suara di
kejauhan. Semakin lama kian mendekat.
Segera setelah itu, Maz Mo melanjutkan. “Demonstrasi
Kontekstual. Pada alur ini silakan Bapak/Ibu menuliskan 5 tema yang paling
Bapak/Ibu sukai dan kuasai. Bapak/Ibu boleh menuliskannya di notes HP atau docs
atau di mana saja. Bapak/Ibu boleh juga menambahkannya di dalam resume
nantinya. Tidak dilarang juga, Bapak/Ibu hanya mengingatnya dalam pikiran, kok.”
Pelajaran pun terus berlanjut. “Elaborasi Pemahaman. Pada
alur ini kita akan lebih melakukan tanya jawab. Silakan Bapak/Ibu mengirimkan
pertanyaan terkait materi terutama menyangkut hal-hal yang ingin diperdalam
lagi.”
Menyusul setelah itu beragam pertanyaan disampaikan oleh
para peserta. Abi Ihsan kembali membaca cepat pesan-pesan itu. Akhirnya sampai
juga dia pada bagian yang dicarinya.
“Baiklah, Bapak/Ibu. Izin saya lanjutkan sedikit dulu alur
belajar kita malam ini, ya. Pertanyaan lain boleh dituliskan di kolom komentar https://s.id/MateriSudomo” demikian tulis
Maz Mo
“Koneksi Antarmateri. Pada alur belajar ini, silakan
Bapak/Ibu menuliskan kesimpulan dari materi belajar malam ini. Kesimpulan
belajar malam ini, silakan Bapak/Ibu tuliskan di resume yang Bapak/Ibu buat.” Pesan
ini segera dilanjutkan dengan pesan berikutnya.
“Aksi Nyata. Alur belajar ini, yaitu terkait dengan
penerapan materi malam ini dalam bentuk tulisan, yaitu resume hasil belajar.
Silakan Bapak/Ibu membuat resume hasil belajar malam ini di blog masing-masing.
Bentuk resume bebas ya.” Abi Ihsan meregangkan tubuhnya. Lumayan pegal juga
membaca pelajaran di WA Grup ini. Ditengoknya cangkir di meja. Minuman kopi yang
tadi dibuatkan oleh Umi Ihsan hanya menyisakan ampasnya saja. Abi Ihsan sedikit
mengeluh dalam hatinya, tapi dia segera kembali konsentrasi mempelajari tips and
trick yang disampaikan Maz Mo.
“Materi lebih lengkap bisa Bapak/Ibu tonton di channel
Youtube saya di https://youtu.be/dXX9RWxT_u8”
“Wah, lumayan nih.” Abi Ihsan merasa senang karena
pengalamannnya selama ini menunjukkan menonton di youtube lebih nyaman daripada
membaca pesan di WA.
-o0o-
“Nah, begitu cerita ringkasnya,” kata Abi Ihsan menyudahi “ceramah”nya.
Bang Indra, Bang Jay dan Imat kontan tersenyum bersama-sama.
“Ringkas tapi padat, Bi,” kata Imat. “Padat dan bergizi” tambah Bang Jay.
“Tapi masih banyak kurangnya, Pa Haji,” demikian komentar
Bang Indra.
“Kurang apa?” tanya Abi Ihsan.
“Kurang latihan dan informasi tentang tanya jawabnya.” Bang
Indra menjawab dengan cepat.
“Kalo diceritain sekarang, bisa sampe pagi, bro. Kalau mau,
kita lanjut besok malam aja, Insya Allah” Bang Indra menganguk-anggukkan kepalanya
mendengar penjelasan Abi Ihsan. Bang Jay dan Imat pun terlihat menyetujui
rencana tersebut.
Amat tidak menampakkan reaksi apa pun. Dia tampak puas
bersender ke sandaran kursi sambil memegangi perutnya yang tampaknya sudah penuh terisi. Abi Ihsan kemudian bertanya kepada Amat. “Kalau menurut pendapat ente,
gimana Am?”
Amat agak gelagapan. Dia tidak tahu konteks pembicaraan Abi
Ihsan. Makanya dia menjawab sesuai pendapatnya saja. “Tempe dan tahu gorengnya
enak, Bi.” Katanya cepat. “Tapi, lebih enak lagi kalo ada pisang gorengnya”
Bang Indra dan Bang Jay cuma bisa geleng-geleng kepala
melihat kelakuan Amat. Sementara, Abi Ihsan tampak agak kaget. Tangan kanannya ditepukkannya ke dahi. “Oh iya. Saya kelupaan. Keasyikan
cerita, sih. Pisang Gorengnya ada. Cuma belum keluar dari dapur.” Setelah berkata
demikian, Abi Ihsan bergegas bangkit masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian dia
kembali sambil membawa sepiring pisang goreng yang tampak lezat sekali.
Bang Indra, Bang Jay dan Imat segera mengganyang pisang goreng yang
masih terasa hangat itu. Sementara Amat hanya memandang dengan memendam kecewa
sambil mengusap-usap perutnya yang kekenyangan
Luar biasa
BalasHapusTerima kasih, Mas...
BalasHapus