Om Jay (Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd.) |
Ustadz Deni, demikian saya biasa memanggil beliau, nampaknya sangat terkesan dengan "kehebatan" Om Jay. Pada saat itu, saya belum tahu apa-apa tentang Om Jay, jadi saya merasa biasa saja dengan kesan-kesan Ustadz Deni. Sampai akhirnya saya bisa "menyaksikan" langsung "kehebatan" Om Jay yang sangat berkesan bagi Ustadz Deni.
Itu terjadi ketika saya mengikuti Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) angkatan 28 yang diadakan oleh PB PGRI. Ternyata, oh, ternyata: Om Jay adalah founding father dari kegiatan tersebut! Akhirnya saya bisa merasakan salah satu kehebatan Om Jay: kobaran semangat Om Jay dalam menularkan kegemaran menulis (dan membaca) kepada para peserta.
Upaya beliau membakar semangat menulis para peserta ternyata tidak terbatas saat beliau menjadi narasumber saja. Di kesempatan lain beliau memberikan tantangan "menulis apa saja" sehubungan dengan Ulang Tahun Pernikahan Perak beliau dengan Tante Siti Rokayah pada tanggal 8 Maret 2023. Ada hadiahnya? Ada, tentu saja! (Ini juga adalah salah satu karakter beliau: dermawan!)
Jadi, inilah tulisan itu...
OM JAY DALAM PERSPEKTIF DUA "SI"
Peribahasa mengatakan: "Tak kenal maka tak sayang". Saya merasakan peribahasa ini benar, khususnya dalam hubungan saya dengan "Om Jay".
Sebelum mengenal beliau, rasanya biasa saja mengetahui nama "Om Jay". Namun ketika sudah mulai mengenalnya, (dari tulisan-tulisannya, dari aktivitas-aktivitasnya, dari pemikiran-pemikirannya dan juga dari kesaksian banyak orang), maka perasaan saya berubah menjadi: "Wow!" Saya takjub dan menaruh hormat pada beliau dan sepak terjang beliau.
Namun, ketika tiba tantangan menulis ini, saya merasa tak bisa menulis apa pun tentang beliau. Apalagi membuat tulisan mengenai pernikahannya. Saya merasa kembali ke titik nol. Seperti belum mengenal beliau sama sekali.
Di saat seperti itu, saya buka kembali catatan "kuliah" beliau di awal pertemuan KBMN 28 ini. Salah satu petuah beliau menjadi kunci pembuka kebuntuan berfikir saya. Petuah itu adalah: membaca. Menurut beliau, bagi penulis, membaca adalah langkah awal sebelum menulis.
Maka saya mencoba kembali membaca rincian data pribadi beliau, mengulik beberapa laman sebagai perbandingan, sempat tersesat di blog yang lama sudah tak terpakai, tapi akhirnya: Eureka!.
Semua informasi tentang beliau yang demikian banyak bertebaran, bisa menjadi sumber data penulisan yang saya buat. (Sepertinya akan jadi tulisan yang "ilmiah" sekali, ya? Padahal sama sekali tidak!)
Setelah membaca berbagai kisah Om Jay, saya merasa ingin menghubungkan itu semua, memeras sarinya dan menjadikannya semacam "ukuran" untuk mengukur "keberhasilan" suatu pasangan suami-istri. Harapan saya, ukuran ini selain berguna untuk pasangan Om Jay dan Tante Siti Rokayah, juga akan berguna bagi saya dan kita semua.
Dalam pandangan saya, keberhasilan Om Jay dan Tante Siti Rokayah sebagai suami-istri bisa "diukur" dengan dua "si", yaitu serasi dan prestasi.
Serasi
Tentu saja kehidupan suami-istri haruslah serasi.
Pemahamannya, bukan harus selalu sama dan bersama. Bukan harus selalu bersarimbit ketika pergi kondangan. Bukan selalu harus menyetujui pendapat pasangannya. Bukan juga harus selalu bergandeng tangan ke mana pun mereka pergi (Ini suami istri apa truk gandeng, sih?).
Serasi |
Serasi dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bisa berarti selaras, sepadan atau harmonis. Namun, tidak ada pengertian serasi sebagai "sama dengan". Maka, boleh saja suatu pasangan berbeda pandangan, berbeda pemikiran, berbeda baju, asalkan masih mempertahankan keharmonisan. Janganlah sesuatu yang berbeda itu dipertengkarkan, apalagi dijadikan alasan perpecahan-perpisahan-perceraian!
Perbedaan itu adalah alasan untuk menyatukan. Dengannya dua orang bisa saling melengkapi dan saling menyempurnakan!
Istri saya pernah mengatakan, "Suami-istri itu, semakin lama mereka menikah, akan semakin mirip (wajahnya) satu sama lain". Saya belum bisa membuktikannya. Meski kami (istri saya dan saya) sudah lama menikah, wajah istri saya tetap berbeda dari saya. Wajah istri saya tambah cantik dan wajah saya tetap tampan. Hal ini juga, saya yakin, berlaku bagi Om Jay dan Tante Siti Rokayah. Wajah mereka tidak menjadi semakin mirip.
Tetapi, saya akui memang ada kemiripan bagi pasangan suami-istri, khususnya yang sudah lama menikah. Bukan pada wajah, melainkan pada sifat dan sikap. Bahkan pada sebagian pasangan terjadi juga pada hobi.
Om Jay, sejauh yang saya ketahui, adalah orang yang hobi menulis. Bahkan beliau memberikan"bocoran" resep kepada para sahabat dan muridnya: "Menulislah setiap hari..."
Nah, bagaimana dengan Tante Siti Rokayah? Adakah beliau sudah tertulari "virus" suka menulis dari Om Jay?
Saya beruntung sempat "tersesat" di sebuah tautan ketika berselancar mencari tahu lebih banyak tentang Om Jay. Saya masuk ke sebuah laman yang memuat tulisan awal dari Tante Siti Rokayah. Ini linknya: https://terbitkanbukugratis.id/wijaya/12/2021/ketika-ibu-rumah-tangga-belajar-menulis/
Membaca tulisan itu saya jadi merasa terwakili. Seperti itulah kira-kira perasaan saya. Alhamdulillah, saya punya teman.
Eh, tapi yang ingin saya katakan sebenarnya adalah: Om Jay terbukti sudah berhasil menularkan virusnya ke Tante Siti Rokayah!
Jadi, dilihat dari ukuran serasi, pasangan Om Jay dan Tante Siti Rokayah adalah pasangan yang serasi!
Keluarga Om Jay, in colors |
Om Jay's Angels |
Prestasi bergudang-gudang Om Jay, bisa dilacak di berbagai laman. Bukan saja di laman pribadi Om Jay, tapi juga di laman orang-orang yang pernah berinteraksi dengan beliau, khususnya para muridnya yang telah tertulari virus gemar menulis. Jika masih kepo tentang prestasi beliau, silakan klik link ini: https://wijayalabs.com/about/ .
Dari prestasi Om Jay yang begitu banyak, saya melihat adanya andil Tante Siti Rokayah. Bagaimmana saya melihatnya? Cukup mudah. Dengarlah kata orang-orang ini: "Di belakang setiap lelaki hebat pasti ada perempuan hebat yang mendukungnya"
(Mohon diperhatikan, saya menggunakan kata "mendukung", bukan mendorong. Yah, ini memang ada kisah tersendiri.
Konon, pernah ada sebuah kapal pesiar melayari sungai yang penuh dengan buaya ganas. Bagi sebagian orang, keganasan buaya di sekitar sungai itu memang mempesona. Nah, saat berlayar di situ, kapten kapal memberikan pengumuman bahwa ada tantangan berbahaya dengan hadiah sangat menarik. Tantangannya adalah menceburkan diri ke sungai yang penuh buaya ganas itu. Hadiahnya, Rp. 100 juta! Beberapa kali tantangan ini diumumkan, namun tak ada yang berani menyambutnya.
Tiba-tiba terdengar suara, "Byurr...!!" Wah, rupanya ada seorang laki-laki yang akhirnya berani menerima tantangan tersebut dan menceburkan diri ke sungai. Tentu saja para buaya yang sejak tadi memperhatikan, melihat ada kesempatan untuk mendapatkan mangsa. Mereka segera bergerak. Sebaliknya si laki-laki tadi berenang sekuat tenaga untuk kembali ke kapal.
Akhirnya sampailah si lelaki dengan selamat. Dia diangkat ke atas kapal oleh awak kapal. Terlihat mukanya pucat pasi. Tapi kedatangannya disambut dengan tepuk tangan meriah para penumpang lainnya. Laki-laki ini hebat, bukan?
Tibalah saatnya kapten kapal datang hendak memberikan hadiah secara simbolis kepada lelaki pemberani itu. Namun, secara tak terduga, seorang wanita datang dengan cepat ke arah kapten lalu merebut simbol hadiah yang hendak diberikan.
Kapten kapal kaget. Dia berkata, "Mohon maaf, nyonya. Hadiah itu untuk lelaki pemberani ini."
Si wanita menjawab dengan tenang, "Saya yang lebih berhak menerimanya, Kapten. Saya ini istrinya dan sayalah yang telah mendorongnya untuk menceburkan diri ke sungai tadi!"
Yah, begitulah kira-kira kisahnya. Makanya saya lebih suka menggunakan kata "mendukung", Bukan "mendorong". Hanya untuk berjaga-jaga saja.)
Jadi, prestasi Om Jay yang sedemikian hebat, pasti ada dukungan dari Tante Siti Rokayah. Saya yakin sekali.
Salah satu hal yang membuat saya semakin yakin, adalah sebuah "insiden" kecil sewaktu Om Jay menjadi narasumber di KBMN 28 yang diadakan melalui chat WA. Rupanya, saat menjadi narasumber itu, beliau sedang dalam perjalanan menggunakan mobil (Wow lagi!). Bersama istrinya. (Wow Wow Wow!)
Jadi, sewaktu acara memasuki babak tanya-jawab, HP Om Jay lowbatt. Maka Om Jay berganti nomer hape. Yang kemudian digunakan untuk berkomunikasi (menjawab pertanyaan-pertanyaan) adalah hape milik Tante.
Cukup jelas sampai di sini, bahwa pasangan ini adalah pasangan yang saling mendukung sehingga full-prestasi!
Tidak Cukup Sampai Di Sini!
Tulisan saya memang cukup sampai di sini, tapi kisah Om Jay dan Tante Siti Rokayah yang serasi-berprestasi ini akan terus mengalir jauh. Tidak berhenti hanya sampai di laut, bahkan menyeberangi pulau, mengelilingi benua, menyambangi dunia.
Kisah hidup Om Jay ini adalah tambahan motivasi untuk mengikuti sabda Nabi Muhammad SAW: "Manusia terbaik adalah manusia yang terbanyak manfaatnya bagi orang lain" (HR Ahmad, At Thabrani dan Ad Daruqutni). Memberikan manfaat bagi sebanyak mungkin orang ini adalah satu hal lagi yang ingin saya ambil pelajaran dari Om Jay.
Perjalanan hidup Om Jay sebagai guru yang mengajar-mendidik generasi muda bangsa ditambah berbagai aktivitas beliau dalam menularkan kecintaan untuk menulis, akan terus berkembang dan berbuah. Ini termasuk salah satu bentuk amal jariyah. Suatu amal yang akan terus mengalir pahalanya meski manusianya sudah wafat. Dan begitulah kisah Om Jay akan terus mengalir.
Semoga Allah SWT akan menambah berkah bagi Om Jay sekeluarga, khususnya dalam mensyukuri ni'mat Ulang Tahun Perkawinan Perak ini. Aamiin.
HAPPY SILVER-WEDDING-ANNIVERSARY, OM JAY AND TANTE SITI ROKAYAH!
Luar Biasa....
BalasHapusMohon dikirim file word nya ke saya Lely Suryani di 081388112412
Siyap, Bun! Sudah dikirim...
Hapusterima kasih tulisannya pak Toto, luar biasa
BalasHapusTerima kasih, Om Jay! Sebenarnya, ini sebagian kecil hasil karya Om Jay sendiri. Terima kasih atas ilmu-ilmunya...!
HapusMasya Allah...luar biasa Pa.
BalasHapusAlhamdulillah. Demikianlah, Bun. Terinspirasi dan termotivasi oleh Beliau juga, kan?
HapusMantap P Toto tulis bagus dan ke pada OM DOCJAY selamat perkawin ke 25 atau perak semoga hidup rukun dan sehat selalu serta sukses se keluarga.
BalasHapusHanupis, Kang...
HapusAamiiin Yaa Rabb...
Om Jay memang sosok inspiratif
BalasHapusDemikian adanya, Bun. Semoga saya bisa mengikuti jejak beliau menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain...
HapusBagus isi tulisannya pak salut
BalasHapusAlhamdulillah. Terima kasih....
HapusAndalah juaranya!
Luar biasa pak toto tulisannya. Saya ijin minta foto Omjay bersama istri pak. Terimakasih pak toto
BalasHapusAlhamdulillah. Terima kasih, Bun.
HapusFoto Om Jay silakan dipakai. Beliau juga nampaknya tidak berkeberatan karena foto-foto tersebut dimuat di blog yang terbuka buat umum.
Semoga bermanfaat.
Luar Biasa tulisannya dari hati 🧡🧡🧡
BalasHapusAlhamdulillah. Terima kasih, Bun.
HapusDari hati akan sampai ke hati....
Manis sekali...Pak. Terkesan dengan istri sebagai pendorong suami hehehe...
BalasHapusAlhamdulillah. Terima kasih...
BalasHapusSemoga suaminya nanti tidak didorong-dorong... Didukung saja, Bun... :)