Sudah dua narsum dihadirkan dalam
rangkaian Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) angkatan 28 ini. Keduanya, Om
Jay dan Bunda Sri Sugiastuti, menyampaikan pesan yang sama (diantara banyak
pesan mereka) buat para (calon) penulis: Membaca!
Pesan ini begitu "keras",
memberi kesan yang tegas: takkan bisa menjadi penulis jika tidak membaca.
Membaca yang banyak!
Pelajaran Penting Dari Agama
Sebagai muslim, saya memahami
bahwa yang disampaikan Om Jay dan Bunda Sri Sugiastuti adalah hal yang teramat
sangat penting.
Pentingnya hal ini bukan saja menurut pandangan Om Jay dan Bunda Sri Sugiastuti, melainkan juga menjadi pandangan agama. Tanda-tandanya bisa dilihat, sbb:
Wahyu yang pertama kali
diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW adalah tentang perintah membaca.
Bacalah!
Di sini kita bisa rasakan
betapa sesungguhnya agama Islam memandang penting kemampuan untuk membaca.
Yang lebih hebat lagi, dalam
peristiwa di Gua Hira, ketika turun perintah untuk membaca, Malaikat Jibril
menyampaikan bahwa perintah untuk membaca disebutkan dua kali!
Perintah yang datang pertama
kali, biasanya akan mendapatkan perhatian paling penuh karena pasti perintah itu
paling penting dari sederet perintah lainnya yang datang kemudian. Prioritas
pengerjaannya haruslah prioritas tertinggi.
Jika satu perintah untuk
membaca saja sudah menempati posisi "penting", maka dua perintah
untuk membaca akan menjadikannya teramat sangat penting.
Dan, ini juga perlu
digarisbawahi, kedua perintah untuk membaca itu diberikan sebelum penyebutan
pena (untuk menulis).
Dengan demikian, menurut
pemahaman saya, ada keharusan untuk menjadi pembaca sebelum menjadi penulis! Persis seperti apa yang dipesankan oleh Om Jay dan Bunda Sri Sugiastuti.
Membaca segala
Perintah membaca itu sudah
datang. Lalu, apa yang dibaca?
Menurut beberapa mufassir
(penafsir Al Qur'an), yang dimaksud dalam perintah "bacalah", adalah
perintah untuk membaca berbagai hal di alam semesta. Bukan sekedar membaca
apa-apa yang merupakan teks tertulis, namun juga membaca berbagai hal dalam
konteks kehidupan.[i]
Secara luas, saya memaknainya
dengan perintah untuk membaca apa saja yang bisa dipindai dengan indra kita,
baik itu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, pencecap dan
lain-lainnya.
Selain itu, membaca bisa
dilakukan kapan saja, di mana saja, dengan siapa saja[ii]
Nah, selama ini saya merasa
tidak mampu menulis. Apakah hal itu ada hubungannya dengan kemalasan saya untuk
membaca?
[i] Bisa dibaca kitab Tafsir karya M. Quraisy
Shihab, Al Misbah.
[ii] https://totoabiihsan.blogspot.com/2022/10/silent-book-reading-menikmati.html
Komentar
Posting Komentar