Langsung ke konten utama

AWAS!!! BAKAL ADA CEMILAN YANG BIKIN GAMPANG MENULIS!!!


Oleh: Toto Mulyoto

Resume ke- 9

Gelombang: 28

Tanggal: 27 Januari 2023

Tema: Menulis Itu Gampang

Narasumber: Prof. Dr. Ngainun Naim, M.HI.

Moderator: Lely Suryani, S.Pd. SD.


Pendahuluan

Ada yang bilang (termasuk saya) bahwa menulis itu susah. Tapi para mentor di KBMN ini selalu bilang bahwa menulis itu mudah. 

Apakah karena para mentor sudah sedemikian ahli, sehingga bagi mereka tentu mudah saja untuk menulis? Apakah mereka punya ramuan atau alat rahasia yang bisa membuat menulis itu jadi mudah? Lalu, semudah apa menulis itu? Semudah membaca A, B, C, kah? Atau semudah membalikkan telapak tangan?

Jawabannya bisa ditemukan malam ini. 

HARAP BERHATI-HATI!!! 

MATERI INI BISA MEMBUAT PEMBACA TERTULAR KEBISAAN GAMPANG MENULIS!!! 


Narasumber Hebat

Namanya Prof. Dr. Ngainun Naim, M.HI., seorang Guru Besar di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Jawa Timur. Ada yang mengatakan bahwa beliau adalah sosok yang bersahaja, ada juga yang mengatakan bahwa beliau adalah sosok Guru Pencari dan Pembagi Ilmu.

Dari sebutan-sebutan itu saja sudah bisa terasakan aura kehebatan narasumber ini. Dan jika ditelusuri lebih jauh, aura itu akan terbukti nyata adanya. 

Berikut fakta-faktanya

Pendidikan: 

  • S1 STAIN Tulungagung, lulus 1998
  • S2 Studi Islam Universitas Islam Malang (UNISMA), lulus tahun 2002.
  • S3 Studi Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, lulus tahun 2011.

Buku

  1. "Resiko Menawarkan Pemikiran Liberal", dalam Ulil Abshar-Abdalla, dkk, Islam Liberal dan Fundamental: Sebuah Pertarungan Wacana (Yogyakarta: eLSaQ, 2003).
  2. "Krisis dalam Dunia Pendidikan, Dimensi Kemanusiaan, dan Pengembangan Nalar Spiritual", dalam Akhyak (ed), Meniti Jalan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003).
  3. Pendidikan Multikultural: Konsep dan Aplikasi, Cet. IV (Yogyakarta: Arruzz-Media, 2008).
  4. Sejarah Pemikiran Hukum Islam (Yogyakarta: Teras, 2009).
  5. Rekonstruksi Pendidikan Nasional, Membangun Paradigma yang Mencerahkan (Yogyakarta: Teras, 2009). 
  6. Pengantar Studi Islam (Yogyakarta: Gre Publishing, 2011).
  7. Teologi Kerukunan, Mencari Titik Temu dalam Keragaman (Yogyakarta: Teras, 2011).
  8. Konservasi Lingkungan Berbasis Tradisi (Tulungagung: STAIN Tulungagung Press, 2011).
  9. Character Building (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012).
  10. Merajut Kerukunan Antarumat Beragama (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2012).
  11. The Power of Reading (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2013).
  12. 35 Kompasianer Merajut Indonesia (buku bersama) (Jakarta: Kompas, 2013).
  13. Islam dan Pluralisme Agama (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2014).
  14. Menipu Setan, Kita Waras di Zaman Edan (Jakarta: Quanta, 2015).
  15. Self Development: Personal, Sosial, dan Spiritual (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2015).
  16. The Power of Writing (Yogyakarta: Lentera Kreasindo, 2015).
  17. Teraju (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2017).
  18. Proses Kreatif Penulisan Akademik (Akademika Pustaka, 2017).
  19. Merawat Nusantara (Malang: Genius Media, 2017).
  20. Resolusi Menulis (SPN Grup, 2017).
  21. Spirit Literasi (Tulungagung: Akademia Pustaka, 2019).
  22. Islam Radikal dan Deradikalisasi (2020).
  23. Aktualisasi Pemikiran Islam Multikultural (Akademia Pustaka, 2020).
  24. Literasi dari Brunei Darussalam (Akademia Pustaka, 2020).
  25. Menulis Itu Mudah (2021)
  26. Dan beberapa buku lainnya

                                                  Artikel

                                                  1. Mysticho-Philosophy: The Integration Epistemologies of Mulyadhi Kartanegara, Episteme, Volume 13, Nomor 2, 2018.
                                                  2. The Development of Islamic Study Through The Study of Figures: Significance and Methodology, AJIS: Academic Journal of Islamic Studies, Vo. 2, No. 2, 2017.
                                                  3. Deradicalization Through Islamic Education at State Institute for Islamic Studies (IAIN) Tulungagung, Madania, Volume 22, Nomor 2, 2018.
                                                  4. RADICAL ISLAM AND THE DERADICALIZATION STRATEGY: Reconstruction of Abdurrahman Wahid’s Thoughts, Episteme, Vol. 12, No. 2, 2017 (Terakreditasi B).
                                                  5. A Jurisprudence of Diversity (Fiqh Kebinekaan): From the Theological-Normative to Contextual-Progressive Reasoning, Al-Adalah, Volume 1, 2018 (Sinta 2). 
                                                  6. DERADIKALISASI BERBASIS NILAI-NILAI PESANTREN STUDI FENOMENOLOGIS DI TULUNGAGUNG, Akademika, Vo. 22, No. 1, 2017 (Terakreditasi B).
                                                  7. Pengembangan Pendidikan Aswaja sebagai Strategi Deradikalisasi, Jurnal Walisongo, Volume 23 Nomor 1 Tahun 2015 (Terakreditasi B).
                                                  8. Islam dan HAM: Perdebatan Mencari Titik Temu, Jurnal Ijtihad, Vol. 15, No. 1, Juni 2015 (Terakreditasi B).
                                                  9. Kebangkitan Spiritualitas Manusia Modern, Jurnal Kalam, Volume 17, No. 2, 2013 (Terakreditasi B).
                                                  10. Islam dan Pancasila, Rekonstruksi Pemikiran Nurcholish Madjid, Episteme, Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, Volume 10, Nomor 2, 2015 (Terakreditasi B).
                                                  11. Pluralisme Sebagai Jalan Pencerahan: Telaah Pemikiran M. Dawam Rahardjo, Salam, Volume 15 Nomor 2, 2012.
                                                  12. Mengembalikan Misi Pendidikan Sosial dan Kebudayaan Pesantren, Jurnal Media Pendidikan, Volume: XXVII, Nomor 3, 2012/2013 (Terakreditasi B).
                                                  13. Sejarah Sebagai Pendekatan dalam Studi Islam, Ibda’, Vol. 8 No. 1 Juni 2010 (Terakreditasi B).
                                                  14. Membangun Toleransi dalam Masyarakat Majemuk, Jurnal Harmoni, Januari-Maret 2016, (Terakreditasi B).

                                                  Medsos
                                                  Blog: https://www.spirit-literasi.id/ 
                                                  Twitter: https://twitter.com/naimmas22?lang=en 

                                                  Email
                                                  naimmas22@gmail.com

                                                  Materi

                                                  Narasumber mengatakan tidak akan menjelaskan bahwa menulis itu mudah atau sulit. Beliau hanya ingin mengajak para peserta bisa menulis. Caranya satu: dengan menulis!

                                                  Pertanyaannya: apa yang mau ditulis?

                                                  Narasumber menyampaikan link sebuah tulisan sederhana yang dibuat beberapa tahun lalu.

                                                  https://ngainun-naim.blogspot.com/2016/06/suatu-sore-di-bulan-ramadhan.html.

                                                  Narasumber mengatakan bahwa tulisan itu hanya beberapa paragraf. Berkisah tentang suasana Ramadhan di Alun-Alun Trenggalek tempat narasumber tinggal.

                                                  https://www.spirit-literasi.id/2022/12/dari-wa-ke-dunia-nyata.html.

                                                  Kemudian diberikan satu contoh lagi tentang kisah pertemuan narasumber dengan seorang sahabat yang sebelumnya hanya dikenal di WA. Tulisan yang ini lumayan panjang. Namun pada ntinya narasumber ingin menyampaikan salah satu kunci menulis yang mudah, yaitu:

                                                  (1) Menulislah hal-hal sederhana yang kita alami. 

                                                  Menurut narasumber, pengalaman hidup sehari-hari adalah sumber tulisan yang subur. Kita akan mudah menuliskannya karena kita menceritakan apa yang kita alami. Tinggal kita memilih aspek apa yang mau kita ceritakan

                                                  "Tulis saja. Jangan takut salah atau jelek. Takutlah jika tidak menulis" demikian tukas narasumber.

                                                  Menurutnya jika kunci (1) dijalankan, menulis akan mudah.

                                                  (2): jangan menulis sambil dibaca lalu diedit. Itu menjadi hambatan psikologis dalam menuangkan pikiran.

                                                  "Nulis itu ya nulis." demikian pendapat narasumber.  Selanjutnya dikatakannya: "Keluarkan saja apa yang ada dalam pikiran secara bebas. Terus saja menulis. Nah, selesai menulis atau karena sudah habis yang mau ditulis, tinggalkan dulu. Simpan di komputer. Jangan dibaca dulu. Cari suasana psikologis yang berbeda. Istilahnya, endapkan dulu. Membaca tulisannya bisa dilakukan di saat berbeda, misalnya nulisnya pagi, maka saat sore baru dibaca.  Cermati kalimat demi kalimat. Tambahkan ide yang ada jika memang perlu ditambah.  Jika ada typo, perbaiki." demikian papar narasumber

                                                  Sebelum mengunggah ke blog atau Kompasiana, narasumber selalu membaca ulang tulisannya. Bisa sekali atau dua kali. Prinsip beliau sederhana: meminimalkan hal yang tidak sesuai dengan keinginan pribadinya. Kenapa? "Karena tulisan kita adalah jejak kita". demikian pendapat beliau.

                                                  https://www.kompasiana.com/ngainun-naim.berbagi/63d1f30408a8b51db6795d52/menjadikan-literasi-sebagai-tradisi.

                                                  Ini contoh tulisan narasumber yang diedit beberapa kali.

                                                  "Ada yang komentar tulisan saya berat-berat, padahal ringan" demikian menurut narasumber. Tulisan yang "berat" adalah untuk kepentingan akademik karena beliau seorang guru besar. Sedangkan tulisan "ringan" itu untuk kepentingan publik karena narasumber menyukai untuk menulis apa pun.

                                                  (3) menulis tentang perjalanan.

                                                  Ini adalah jenis tulisan yang mudah dibuat.

                                                  "Kita semua sangat sering melakukan perjalanan." demikian papar narasumber. "Saya sendiri baru sampai di rumah jam 18.20 setelah dari Jakarta tadi siang. Nah, apa-apa yang kita lakukan di perjalanan bisa kita tulis. Jika Bapak Ibu rekreasi, tulis saja hal-hal yang Bapak Ibu alami. Itu mudah karena kita menjalaninya." demikian kata narasumber.

                                                  https://ngainun-naim.blogspot.com/2020/02/senja-di-pantai-warna-oesapa.html.

                                                  Ini contoh catatan perjalanan narasumber ke Kupang sebelum pandemi.

                                                  (4) Satu lagi kunci menulis yang membuat menulis menjadi mudah, yaitu Menulis Secara Ngemil. Sedikit demi sedikit.


                                                  Narasumber nyaris setiap hari menulis beberapa jenis tulisan. Tidak banyak. Untuk blog atau Kompasiana, beliau menargetkan 3-5 paragraf. Untuk artikel jurnal, narasumber menarget 1 paragraf.
                                                  Itu target minimal yang diperjuangkan narasumber.

                                                  Untuk pembagian waktu, narasumber membagi sbb: 
                                                  Pagi hari narasumber menulis artikel jurnal 1 paragraf. Sampai di kantor beliau menulis untuk blog sekitar 1-2 paragraf. Hal ini dilakukannya setiap hari.

                                                  Hanya keempat hal itu saja yang disampaikan narasumber, namun menurut beliau semuanya mudah untuk dipraktikkan.

                                                  Sementara, jenis tulisan ilmiah tidak dibahas pada pertemuan malam ini.

                                                  Belajar Dari Pertanyaan Peserta

                                                  Ada banyak pertanyaan disampaikan para peserta saat sesi tanya jawab dibuka. Banyak diantara pertanyaan itu merupakan permasalahan teknis. Maka tepat sekali cara narasumber menjawabnya, yaitu dengan cara praktis, singkat namun diperkaya dengan berbagai contoh yang diharapkan akan memperjelas penjelasan.

                                                  T: Banyak orang yang menganggap menulis itu susah dengan barbagai macam alasan, bagaimana caranya agar kita bisa memberikan keyakinan kepada mereka bahwa menulis itu sebenarnya tidak susah?

                                                  J: Narasumber sejauh ini berpikir terbalik. Beliau mewajibkan dirinya sendiri untuk terus menulis. Orang lain itu tidak dipaksa untuk menulis. Jika narasumber sudah berhasil menjadi teladan, mereka akan terinspirasi dan mengikuti. Sejauh ini narasumber memiliki banyak sekali "murid" yang menulis setiap hari. 


                                                  T: apa ada contoh penulisan jurnal?
                                                  J: Contoh penulisan jurnal: SIlakan dicek.

                                                  https://www.spirit-literasi.id/2022/08/menulis-penelitian-dan-artikel-jurnal.html.

                                                  T: Bagaimana cara untuk mengatasi hal-hal seperti kesulitan memulai menulis pada alinea awal? Sudah ada gagasan dalam kepala tetapi tidak tahu bagaimana menulisnya. Hal ini terjadi di awal-awal sebelum menulis pargaraf pertama dalam tulisan.
                                                  J: Kesulitan itu biasanya karena persoalan psikologis. Takut jelek, takut salah, dan seterusnya. Itu harus dilawan. Caranya pokoknya menurut narasumber adalah ditulis. Bisa dilihat dari blog beliau. Setiap kali beliau selalu mengawali tulisan dengan prolog sederhana. Ini sebagai pintu masuk untuk paragraf demi paragraf berikutnya. Kata salah seorang penulis: "cara melawan kesulitan adalah dengan melakukan."


                                                  T: Bagaimana agar menulis itu benar-benar mudah?
                                                  J: Langkah awalnya itu dipaksa. Tidak ada yang benar-benar mudah dalam hidup ini. Narasumber menceritakan bahwa dia bisa naik sepeda itu karena dipaksa. Ya, beberapa kali jatuh. Tapi sekarang benar-benar mudah. Ndak mikir. Dulu saya berjalan saat kecil itu juga dipaksa oleh orang tua. Sekarang benar-benar mudah. Jadi jika menulis ingin benar-benar mudah, paksalah untuk menulis setiap hari. Jika mampu menulis setiap hari selama tiga bulan, buktikan nanti akan ketagihan.


                                                  T: Apakah dalam penulisan blog ada aturan teknis yang mengikat? 
                                                  J: Semua tulisan telah diusahakan oleh narasumber untuk diedit sebaik mungkin. Blog pertama: blogspot. Ini blog gratis. Jadi tata letak dan sebagainya sederhana. Blog kedua: spirit literasi itu berbayar. Jadi lebih bagus dari sisi isi dan tata letak. Mengenai Kompasiana, narasumber tidak mengetahui lika-likunya. Narasumber hanya mengunggah tulisan saja.


                                                  T: Seringkali, kita terjebak dengan ego kita. Misalnya suara hati mengatakan "masa tulisan yang diangkat  cuma kayak gitu"..bagaimana menyikapi hal ini ?
                                                  J: Lawan terbesar penulis adalah diri sendiri. Itu butuh perjuangan. Narasumber juga mengalaminya. Seiring perjalanan waktu, beliau mengabaikan itu. Pokoknya menulis saja. Kualitas itu akan meningkat seiring dengan banyaknya karya yang kita hasilkan. Tentu juga harus belajar tanpa henti. Sampai sekarang narasumber masih terus belajar, mencari informasi, menonton YouTube, membaca, dan terus menulis. Jadi teruslah menulis. Bagaimana kualitas bisa meningkat jika berhenti menulis?


                                                  T: Jika nulisnya nyicil, saya sering kehilangan orientasi, jadi mesti ngumpulin lagi bayangan tentang apa yang tadi mau ditulis. Adakah cara untuk mengatasinya? 
                                                  J: Tentu ada. Jadi biasakan membuat TEMPLATE atau semacam ancangan (kerangka) sederhana saat membiasakan menulis secara nyicil. 
                                                  Misalnya: Saya mau menulis tentang: EMPAT HAL YANG MUDAH DITULIS. 
                                                  Paragraf 1: buat panduan: Menulis Itu mudah apa sulit?
                                                  Paragraf 2: Menulis yang dialami.
                                                  Paragraf 3: Menulis Perjalanan
                                                  Dan seterusnya.

                                                  Jadi setiap paragraf sudah ada kata kuncinya biar tidak liar ke mana-mana. Itu memudahkan kita dalam mengeksekusi ide saat memilih metode NYICIL


                                                  T: Kalau kita menulis setiap hari secara ngemil, apakah dengan judul yang berbeda bisa dibuat sebuah buku?
                                                  J: Sangat bisa. Tulisan demi tulisan dikumpulkan. Diberi Judul, Kata Pengantar, Daftar Isi dan biodata penulis. Sudah jadi buku. Ada banyak buku, termasuk beberapa buku saya, yang merupakan kumpulan dari menulis setiap hari


                                                  T: Ketika kita akan menulis dengan tujuan untuk di share di blog atau media manapun yang nantinya akan dibaca banyak orang, sebaiknya mengambil tema harian yang kita alami atau mengangkat tema yang tengah booming?
                                                  J: Bisa dua-duanya. Intinya pilihlah yang kita bisa. Jika booming tetapi ndak bisa menyelesaikan tulisan sebaiknya, jangan dipilih. Tulislah sesuai yang kita mampu.

                                                  https://www.youtube.com/watch?v=xliu1sCtkAQ.
                                                  (selingan)

                                                  T: Bagaimana cara memunculkan ide supaya bisa menulis dengan sudut pandang yang berbeda, agar punya kesan yang lebih bermakna?
                                                  J: Banyak membaca. Banyak berlatih. Terus menulis. Hanya itu cara yang narasumber praktikkan. Tidak ada yang instan.


                                                  T: Apakah ada hal yang bisa dilakukan sebagai penulis pemula agar bisa rilek menulis. Terkadang konsentrasi buyar ketika tiba-tiba ada gangguan datang padahal sedang asik menulis namun . Kedua, masih sulit membagi waktu. Juga terkadang butuh suasana sepi, baru ide muncul dengan natural. 
                                                  J: Konsentrasi itu soal latihan. Sebaiknya memang ketika menulis, HP dimatikan. Itu gangguan terbesar.
                                                  Jadi fokuslah dan teruslah berlatih.
                                                  Tentu harus banyak membaca, mengamati dan menganalisis tulisan demi tulisan orang yang menulis hal-hal semacam ini. Membaca itu amunisi menulis. Banyak membaca membuat imajinasi kita kaya. Pilihan kosakata bervariasi. Data biasa mampu diolah secara luar biasa. Kuncinya memang sering latihan. Tidak ada yang langsung baik. Butuh terus berlatih agar yang awalnya biasa menjadi luar biasa


                                                  T: (1) kapan kita harus mengutip karya orang lain? bagaimana tips mengutip karya orang lain? 
                                                  (2) Bagaimana mensiasati buku rujukan harus yang terbaru, sedangkan buku cetak terbitan lama?
                                                  J: Ini sudah masuk kategori ilmiah populer, seperti beberapa tulisan narasumber di Kompasiana. Kapan harus mengutip? Ya, ketika kita memang merujuk ke pikiran orang lain di sebuah buku. Jika itu memang murni pikiran kita ya tidak perlu mengutip. Syaratnya harus betul-betul pikiran kita. (2) Sekarang ini tersedia banyak sumber referensi online.

                                                  https://scholar.google.co.id/
                                                  https://www.mendeley.com/
                                                  https://www.academia.edu/

                                                  Di situs itu banyak buku dan artikel yang bisa kita download gratis. Itu mengatasi buku cetak lama


                                                  T: Sebagai penulis pemula, masih banyak rasa takut untuk memposting tulisan di blog. Apakah ada etika menulis secara online? Tulisan kita dibaca oleh orang banyak, takutnya ada yang tersinggung dsb
                                                  J: Sepanjang tulisan itu karya kita yang tidak bertentangan dengan SARA, ya tidak masalah. Musuh terbesar penulis itu diri sendiri. Misalnya takut, malu, kuatir dan sejenisnya jika tulisan kita diposting. Jika ingin jadi penulis, abaikan hal-hal semacam itu. Dikritik itu biasa. Itu sarana untuk memperbaiki tulisan kita. Narasumber menyatakan sudah kenyang kritikan dan review. Justru kritik itulah,  jalan untuk maju.


                                                  T: Ide saya selalu muncul, tapi saya kehabisan waktu dan tenaga untuk menulis. Bagaimana cara untuk mempertahankan ide supaya tidak lupa?
                                                  J: Segera eksekusi. Manfaatkan jeda waktu. Jaga semangat. Yakinlah bahwa menulis itu memberikan barakah hidup.


                                                  T: Sebaiknya kita menulis dulu baru menentukan judul, atau menentukan judul baru menulis?
                                                  J: Tidak ada patokan. Kondisional.


                                                  T: Apakah tulisan yg kita tuliskan harus mengalir begitu saja dengan melihat apapun?  Lalu, haruskah tulisan kita ada kandungan manfaat atau hikmah untuk pembaca? 
                                                  J: Silahkan baca artikel saya 

                                                  https://www.spirit-literasi.id/2022/11/strategi-menulis-tentang-perjalanan.html.


                                                  T: Bagaimana supaya tulisan yang kita tulis dimuat di jurnal. 
                                                  J: https://www.spirit-literasi.id/2022/09/slot-dan-waktu-terbit.html.
                                                  Ada beberapa tulisan narasumber di blog itu


                                                  T: 1. Banyak sekali yang ingin ditulis, dan kalimat demi kalimat sudah berlalu lalang di kepala....tapi untuk menuangkan menjadi tulisan sulit rasanya. Lalu dipaksa untuk menulis namun kalimatnya jadi tidak runtut. Bagaimana cara mengatasinya ? 

                                                  2. Kalau kita menulis kegiatan orang lain, atau pengalaman hidup orang lain , apakah dalam etika menulis  itu dibolehkan.?Apakah ketika kita menuliskannya  disebutkan  nama , tempat dll nya ....seperti sebuah berita?  Ataukah bisa kita ubah menjadi cerita fiksi ?( Namanya disamarkan )

                                                  J: (1) Menulis itu ada tahapan setelah menuangkan ide dalam kalimat, yaitu EDITING. Di sini tugas kita merapikan yang tidak runtut. Menyambungkan yang tidak nyambung. Jadi kalau saat menulis masih kacau tidak apa-apa. Nanti kita perbaiki saat editing.

                                                  (2) Sebaiknya izin.


                                                  T: Adakah syarat atau ketentuan agar tulisan bisa dimuat di jurnal?
                                                  J: Baca artikel-artikel berikut.
                                                  https://www.spirit-literasi.id/2022/09/kunjungi-jurnal-tujuan.html.
                                                  https://www.spirit-literasi.id/2022/09/penyebab-penolakan-artikel-jurnal.html.
                                                  https://www.spirit-literasi.id/2022/09/dari-lima-belas-menit-hingga-lima-belas.html.


                                                  T: Bagaimana menentukan judul buku yang tepat dari cemilan tulisan? 
                                                  J: Bisa memakai judul umum. Misalnya KOMPILASI CATATAN HARIAN. Jadi temanya kan sangat umum.
                                                  Pilihan lainnya, mulai sekarang coba rancang bab demi bab yang temanya berdekatan lalu cicil secara ngemil jadinya nantinya mudah jika dijadikan sebagai buku


                                                  T: Persoalannya, menuangkan pikiran dalam tulisan begitu saja, kemudian published apa bisa dilakukan terus menerus? Apa tidak perlu mengoreksi bahasa (diksi, dan perangkat bahasanya? Jika bukan kita yang merawat bahasa kita, siapa lagi? lama-lama bahasa Indonesia bisa rusak dong. 
                                                  J: Tentu harus banyak membaca, mengamati dan menganalisis tulisan demi tulisan orang yang menulis hal-hal semacam ini. Membaca itu amunisi menulis. Banyak membaca membuat imajinasi kita kaya. Pilihan kosakata bervariasi. Data biasa mampu diolah secara luar biasa. Kuncinya memang sering latihan. Tidak ada yang langsung baik. Butuh terus berlatih agar yang awalnya biasa menjadi luar biasa


                                                  T: (1) Menulis serial, atau cerita bersambung apakah bisa? 
                                                  (2) Bagaimana kita menjaga privasi dalam kisah nyata seseorang yang ingin di sharingkan dalam bentuk tulisan
                                                  J: Mohon maaf, saya tidak menguasai tema semacam ini. Jadi saya tidak berani menjawab. Sekali lagi mohon maaf.


                                                  T: Apa yang kita alami selalu dituliskan apalagi di posting di medsos misal blog, apa plus minusnya? Ada kemungkinan timbul komentar negatif (dikira sok eksis), Bagaimana menyikapinya?
                                                  J: Semua yang kita lakukan lalu kita unggah di media sosial itu pasti akan dinilai berbeda-beda. Tidak mungkin semua menilai plus. Tulisan narasumber juga demikian. Namun sepanjang niat kita baik dan isinya juga baik, Insyaallah bermanfaat jika diunggah di media sosial.


                                                  T: Menulis hal-hal yang dialami dengan cara ngemil apakah berlaku juga bagi kisah perjalanan atau rekreasi, karena nuansa/greget cerita akan kurang terasa seiring berjalannya waktu
                                                  J: Narasumber mengakui sering menulis kisah perjalanan secara ngemil. Contohnya ada di link berikut:

                                                  https://www.spirit-literasi.id/2022/12/surabaya-sunan-bungkul-dan-jejak-ilmiah.html. 

                                                  Tulisan ini, menurut narasumber, selesai dalam 4 hari. Diakuinya bahwa ini bukan tulisan yang panjang, tetapi ditekankannya bahwa ini ditulis secara ngemil di sela mengajar, menguji, review riset, dan banyak kegiatan lainnya. Soal apakah tulisan itu menarik atau tidak, greget atau tidak, maka, itu kembali kepada kemauan seseorang untuk terus mengasahnya.

                                                  Contoh tulisan lainnya, ada yang selesai dalam sebuah perjalanan. Ini misalnya

                                                  https://ngainun-naim.blogspot.com/2019/08/empat-keunikan-shalat-jumat-di-masjid.html.


                                                  Demikianlah berbagai ilmu, tips dan trik telah disampaikan oleh narasumber.

                                                  Semoga bermanfaat

                                                  Tto.

                                                  Komentar

                                                  Postingan populer dari blog ini

                                                  "MAN OF ACTION" IN ACTION!

                                                    Oleh: Toto Mulyoto Resume ke-6 Gelombang: 28 Tanggal: 20 Januari 2023 Tema: Menulis Buku Mayor Dalam Dua Minggu Narasumber: Prof. Richardus Eko Indrajit Moderator: Aam Nurhasanah, S.Pd. "Man of Action" menurut kamus Oxford adalah " someone who prefers to do things rather than think about and discuss them ". Tema KBMN malam ini, Menulis Buku Mayor Dalam Dua Minggu, disampaikan oleh orang yang termasuk kategori "Man of Action". Narasumber ini lebih suka menerjunkan para peserta pelatihan langsung ke dunia kepenulisan tanpa banyak basa-basi. Targetnya jelas: membuat buku yang akan tembus ke penerbit dalam waktu singkat.  Inilah sepak terjang narasumber hebat malam ini, Prof. Eko Indrajit. Prof. Richardus Eko Indrajit (sumber wikipedia) Narasumber Hebat Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, M.Sc., M.B.A., M.Phil., M.A. (lahir 24 Januari 1969) adalah seorang tokoh pendidikan dan pakar teknologi informatika. Beliau banyak menulis buku serta jurnal yang telah d

                                                  REFLEKSI DIRI MURID ITU PENTING! BEGINI CARA GURU HEBAT MENGELOLANYA

                                                    Oleh: Toto Mulyoto Resume ke-29 Gelombang: 28 Tanggal: 15 Maret 2023 Tema: Blog Sebagai Media Dokumentasi Refleksi Diri Siswa Narasumber: Bambang Purwanto, S.Kom.Gr Moderator: Gina Dwi Septiani, S.Pd., M.Pd. Narasumber Hebat Narasumber hebat malam ini adalah lelaki bernama lengkap Bambang Purwanto, S.Kom., Gr. Nama panggilannya ringkas: Mr. Bams atau Ayah Salwa. Beliau lahir di Bandung, 6 April 1974. Saat ini beliau tinggal di Perumahan Lebakwangi Asri D4 No 26 RT 04 RW 13 Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kab. Bandung – 40379. Beliau bisa dihubungi melalui nomer telepon : 088809405468 atau email : bangpurwa@gmail.com Situs beliau yang bisa kita kulik diantaranya: Website : www.penamrbams.id Youtube : Pena Mr. Bams https://www.youtube.com/channel/UCDw-57I2kl77_hVmt9Orhjg Motto Hidup : Mengisi Hidup Penuh Hikmah Pendidikan Formal • SD : SD Negeri 3 Banjaran Kabupaten Bandung, 1986 • SMP : SMP Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung, 1989 • SMA : SMA Negeri Baleendah Kabupaten Bandung, 19

                                                  MENUJU HIDUP YANG LEBIH BERMANFAAT DENGAN MENUMBUHKAN GAIRAH MENULIS

                                                  Oleh: Toto Mulyoto Resume ke-2 Gelombang: 28 Tanggal: 11 Januari 2023 Tema: Menjadikan Menulis Sebagai Passion Narasumber: Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd. Moderator: Widya Setianingsih, S.Pd. MENUJU HIDUP YANG LEBIH BERMANFAAT DENGAN MENUMBUHKAN GAIRAH MENULIS Orang yang tidak mau menulis (atau menjadi penulis) bisa mengajukan banyak alasan. Ada yang langsung mengatakan tidak suka menulis, ada yang merasa tidak mampu menulis. Ada lagi yang merasa tidak punya ide atau tidak punya waktu untuk menulis. Bahkan ada juga yang tidak mau menulis karena tidak suka dikritik. Semua alasan itu sebenarnya bukanlah hal yang prinsip. Jika disebutkan satu saja alasan untuk menulis, tentunya alasan-alasan di atas bisa dinafikan.  Salah satu alasan untuk menulis adalah menjadikan hidup yang dijalani ini menjadi hidup yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang banyak. Kebermanfaatan itu bisa diraih melalui kegiatan menulis. Menumbuhkan Passion Menulis Materi ke-2 dalam Kelas Belajar Menulis Nus